Kamis, 23 Februari 2012

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

                              Satuan Pendidikan      : SMP / MTs
                              Mata Pelajaran              : Bahasa Indonesia
                              Kelas/ Semester           : VIII/ 2
                              Aspek                              : Menulis Puisi
                              Alokasi Waktu               : 2 x 45 menit (1x pertemuan)
---

A. Standar Kompetensi
    Menulis
    Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas

B. Kompetensi Dasar
      Menulis puisi bebas dengan memerhatikan unsur persajakan

C. Indikator
   1. Kognitif
a. Produk
1)    Menulis lima contoh judul antologi puisi yang termasuk karya sastra baru.
2)    Menuliskan pengertian puisi.
3)    Menuliskan kembali perasaan penyair yang terkandung dalam puisi.
4)    Menulis puisi bebas dengan memerhatikan unsur persajakan.

  b. Proses
1)      Menganalisis unsur-unsur fisik puisi berupa tipografi
2)      Menganalisis unsur-unsur fisik puisi berupa diksi
3)      Menganalisis unsur-unsur fisik puisi berupa imaji
4)      Menganalisis unsur-unsur fisik puisi berupa kata konkret
5)      Menganalisis unsur-unsur fisik puisi berupa bahasa figuratif
6)      Menganalisis unsur-unsur fisik puisi berupa bahasa versifikasi
7)      Menganalisis unsur-unsur batin puisi berupa tema
8)      Menganalisis unsur-unsur batin puisi berupa perasaan
9)      Menganalisis unsur-unsur batin puisi berupa nada
10)   Menganalisis unsur-unsur batin puisi berupa amanat

   2. Psikomotor
      1) Menceritakan kembali isi puisi dengan bahasa sendiri

   3. Afektif
         a. Karakter

          1)  Bekerja sama
          2)  Berlaku jujur
          3)  Bertanggung jawab
          4)  Bersikap apresiatif

b.    Keterampilan sosial

           1)  Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar
           2)  Menyumbang ide
           3)  Menjadi pendengar yang baik
           4)  Membantu teman yang mengalami kesulitan

D. Tujuan Pembelajaran
     1. Kognitif
        a. Produk.
1)    Menulis lima contoh judul antologi puisi yang termasuk karya sastra baru.
2)    Menuliskan pengertian puisi.
3)    Menuliskan kembali perasaan penyair yang terkandung dalam puisi.
4)    Menulis puisi bebas dengan memerhatikan unsur persajakan.

        b. Proses
Siswa diberikan video pembacaan puisi. Selanjutnya, siswa diharapkan dapat  menganalisis:
1)      unsur-unsur fisik puisi berupa tipografi
2)      unsur-unsur fisik puisi berupa diksi
3)      unsur-unsur fisik puisi berupa imaji
4)      unsur-unsur fisik puisi berupa kata konkret
5)      unsur-unsur fisik puisi berupa bahasa figuratif
6)      unsur-unsur fisik puisi berupa bahasa versifikasi
7)      unsur-unsur batin puisi berupa tema
8)      unsur-unsur batin puisi berupa perasaan
9)      unsur-unsur batin puisi berupa nada
10)   unsur-unsur batin puisi berupa amanat


2. Psikomotor
1)    Siswa dapat menceritakan kembali perasaan penyair yang terkandung dalam puisi dengan bahasa sendiri.
 3. Afektif
 a. Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku seperti kerja sama, jujur, bertanggung  jawab, dan apresiatif.
    b. Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam keterampilan bertanya dengan bahasa yang baik dan benar, menyumbang ide, menjadi  pendengar yang baik, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.

E. Materi Pembelajaran
1.    Jenis karya sastra
2.    Pengertian puisi
3.    Ciri-ciri puisi sebagai karya sastra
4.    Unsur-unsur fisik dan batin dalam sebuah puisi
5.    Menyimpulkan perasaan penyair yang terungkap dalam puisi
6.   Contoh video pembacaan puisi.

F. Pendekatan, Metode, dan Media Pembelajaran
Pendekatan : Komunikatif
Metode        : Inquiry Training
Media          : Audiovisual

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a.    Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa.
b.    Guru mengondisikan dan memotivasi siswa agar siap menerima materi pelajaran.
c.    Guru menyampaikan SK dan KD yang akan dicapai dalam pembelajaran.
d.    Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab mengenai puisi yang sudah diketahui siswa.

2. Kegiatan Inti
a)    Eksplorasi
a.    Siswa dibagi dalam kelompok belajar (tim) yang beranggotakan 4-5 orang secara acak. Pembagian kelompok belajar ini berdasarkan jenis kelamin, absensi, dan prestasi akademik. Setelah terbentuk menjadi beberapa tim, tim tersebut mendiskusikan materi yang telah diberikan pada saat penyajian kelas.
b.    Siswa mendengarkan materi menulis puisi melalui media LCD.
c.    Guru memberitahukan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran yakni inquiry training dan menjelaskan langkah-langkahnya.
d.    Guru menayangkan video rekaman pembacaan puisi yang berjudul Diponegoro karya Chairil Anwar melalui LCD.
e.    Guru membagikan teks puisi, lalu tiap kelompok membacanya.
f.     Tiap-tiap kelompok mencermati puisi, mengidentifikasi ciri-cirinya, dan menentukan unsur fisik dan batinnya.
g.    Siswa dihadapkan pada situasi membingungkan (teka-teki) yang telah dirancang oleh guru sebelumnya.
h.    Siswa menggali informasi tentang pembacaan puisi yang mereka alami dari  kegiatan sebelumnya sampai pada saat proses pembelajaran berlangsung (verifikasi).
i.      Guru memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru pada situasi tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi secara berbeda.
j.      Siswa merumuskan penjelasan atau peristiwa yang dialaminya. Penjelasan diberikan oleh beberapa siswa kepada guru. Dengan demikian akan diperoleh beberapa penjelasan yang satu sama lain dapat mendukung sehingga menghasilkan suatu penjelasan yang lengkap.
k.    Siswa menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan. Pada tahap ini, siswa diminta menganalisis pola penelitian yang mereka lakukan terhadap unsur-unsur fisik dan batin yang terkandung dalam puisi. Tahap ini penting sekali dilakukan karena penelitian ini menginginkan agar siswa dapat menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan guru telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara-cara yang lebih efektif.

b)   Elaborasi
a.    Siswa dalam kelompoknya menentukan makna dan perasaan penyair yang terkandung dalam puisi tersebut.
b.    Siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompokya mengenai pementasan tersebut.
c.    Setelah selesai diskusi kelompok, wakil kelompok menyampaikan hasil analisisnya di depan kelas, kemudian dibahas bersama-sama.
d.    Siswa secara berkelompok menceritakan kembali puisi dengan bahasanya sendiri menggunakan media gambar yang sudah dipersiapkan guru.
e.    Guru menugaskan siswa untuk menulis sebuah puisi bebas berdasarkan tema yang telah ditentukan dengan memerhatikan tema, amanat, diksi, dan struktur dalam karyanya. Tema dapat dilihat dan dipilih siswa dalam slide-slide yang ditampilkan melalui LCD.
f.     Siswa mendapatkan lembar kertas untuk menulis puisi. Setiap siswa, mendapat satu lembar kertas. Hal ini akan mendorong mereka agar bekerja secara individu dan mempraktikkan materi yang mereka dapat pada saat penyajian kelas.
g.    Siswa diberikan waktu untuk menilai kemampuan menulis puisi mereka setelah proses pembelajaran berlangsung.
h.    Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.

c)    Konfirmasi
a.    Siswa menyimpulkan pengertian puisi, ciri-ciri, dan unsur-unsur fisik dan batin berdasarkan rumusan seluruh kelompok.
b.    Simpulan siswa dikonfirmasi guru.
c.    Kelompok lain memerhatikan pembacaan hasil diskusi dan guru memberi nilai.

3. Kegiatan Akhir
a.    Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
b.    Siswa dan guru merefleksi proses belajar melalui model inquiry training dan penggunaan media audiovisual serta meminta siswa agar dalam pertemuan selanjutnya menyiapkan sebuah tema untuk dikembangkan menjadi sebuah puisi.

H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber bahan 
a.    Arifin, Syamsir. 2001. Kamus Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya.
b.    Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
c.    Nurhadi, dkk. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia JIlid 2 SMP Kelas VIII (hlm. 116-119 dan 176-183). Jakarta: Erlangga
2. Media              
a.    LCD
b.    Laptop
c.    Video pembacaan puisi berjudul Diponegoro
d.    Teks puisi.
3. Alat Pelajaran            :  Papan tulis dan spidol

I. Penilaian
Penilaian Hasil Belajar
LP 1a. Kognitif Produk
 Soal               :
1.    Sebutkan lima contoh judul antologi puisi  yang  termasuk  ke  dalam  karya sastra baru!
2.    Jelaskan pengertian puisi!
3.    Identifikasikanlah ciri-ciri fisik dan batin puisi sebagai karya sastra baru!
4.    Buatlah sebuah puisi bebas dengan memerhatikan unsur persajakan!

LP 1b. Kognitif Proses
5.    Analisislah unsur-unsur fisik dan batin dalam puisi Diponegoro karya Chairil Anwar!

          RUBRIK PENILAIAN SOAL NO.1-3 LP 1a. KOGNITIF PRODUK
Indikator
Skor Maksimal
Skor Penilaian
Oleh Siswa
Oleh Guru
Ketepatan menyebutkan 5 contoh puisi yang termasuk karya sastra baru
10


Ketepatan menjelaskan pengertian puisi
10


Ketepatan menyebutkan ciri-ciri fisik dan batin puisi
10


Total Skor
30



RUBRIK PENILAIAN SOAL NO.4 LP 1a. KOGNITIF PRODUK
No.
Nama
Kriteria Penilaian Penulisan Puisi
Jumlah

(100)
Tema
(0-15)
Amanat
(0-20)
Diksi
(0-30)
Struktur
(0-20)
Orisinalitas
(0-15)
1.







2.







3.







4.







5.







Jumlah






Nilai rata-rata







Keterangan Pemberian Nilai Soal No. 4 LP 1a.
No.
Aspek yang dinilai
Skor
Nilai
1.
Tema
* Baik
Tema diungkapkan dengan jelas, urutan penyampaiannya logis, dan tertata dengan baik.
Cukup
Tema yang diungkapkan, urutan penyampaian dan penataannya cukup jelas dan logis.
* Kurang
Tema yang disampaikan, urutan penyampaian dan penataannya kurang jelas dan logis.

11-15

 6-10


0-5

2.
Amanat
* Baik
Makna yang disampaikan sangat jelas karena memiliki kesepanadan, kesatuan, dan kesejajaran bentuk. Maksud yang diterima oleh pembaca sama dengan maksud yang disampaikan oleh penulis
* Cukup
Makna yang disampaikan cukup jelas walaupun hasilnya kurang memiliki kesepadanan, kesatuan, dan kesejajaran bentuk, sehingga terkadang membingungkan pembaca. Amanat yang diinginkan penulis terhadap pembacanya cukup tercapai.
* Kurang
Makna yang disampaikan kurang jelas sehingga hasilnya kurang memiliki kesepadanan, kesatuan, dan kesejajaran bentuk yang membingungkan pembaca. Amanat yang diinginkan penulis terhadap pembacanya kurang tercapai.

14-20





 8-13




 0-7

3.
Diksi
* Baik
Bahasa yang digunakan mampu menjaga ketegangan antara kebebasan diksi dengan keterkaitannya terhadap realitas (benda, sifat, dan keadaan) dalam berkomunikasi sehingga informasi dalam puisi tersebut mulai dari awal sampai akhir berhubungan sepenuhnya.
Cukup
Bahasa yang digunakan cukup mampu menjaga ketegangan antara kebebasan diksi dengan keterkaitannya terhadap realitas (benda, sifat, dan keadaan) dalam berkomunikasi hanya saja masih terdapat beberapa kesalahan.
* Kurang
Bahasa yang digunakan kurang mampu menjaga ketegangan antara kebebasan diksi dengan keterkaitannya terhadap realitas (benda, sifat, dan keadaan) dalam berkomunikasi dan puisi yang ditulis tidak berhubungan sama sekali.

21-30





  

11-20





0-10

4.
Struktur
* Baik
Pengungkapan gagasan dapat dipahami pembaca melalui musikalitas (irama), korespondensi, dan tipografi yang sesuai dengan amanat yang disampaikan.
Cukup
Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola musikalitas (irama), korespondensi, dan tipografi tetapi tidak mengganggu komunikasi
Kurang
Penggunaan pola musikalitas (irama), korespondensi, dan tipografi kebanyakan kurang tepat sehingga mengganggu proses komunikasi.

14-20



  

8-13




0-7

5.
Orisinalitas
* Baik
Keaslian ide penyair dalam menciptakan karyanya sebagai identitas diri terlihat dari reaksi moral, intelektual, dan emosionalnya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
* Cukup
Keaslian ide penyair dalam menciptakan karyanya sebagai identitas diri cukup terlihat dari reaksi moral, intelektual, dan emosionalnya terhadap peristiwa-peristiwa yang disampaikan. Sehingga ada kecenderungan beralih pada pokok lain yang lebih banyak ditulis orang lain.
Kurang
Keaslian ide penyair dalam menciptakan karyanya sebagai identitas diri kurang terlihat dari reaksi moral, intelektual, dan emosionalnya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Kecenderungan besar terjadi proses plagiat dalam karyanya.

11-15






 6-10






 0-5


Setelah itu, nilai akhirnya dapat dihitung dengan rumus:
         Jumlah Skor Siswa
                 Nilai Akhir (NA) =                                                  X 100 = ………
                                   
                                                     Jumlah Skor Maksimal

            Adapun skor untuk menentukan bahwa siswa memahami kemampuan menulis puisi, yaitu:
     Skor 86-100          : (A) Sangat baik
     Skor 71-85                        : (B) Baik
     Skor 56-70                        : (C) Cukup
     Skor 31-55                        : (D) Kurang
     Skor < 30              : (E) Sangat kurang

RUBRIK PENILAIAN SOAL NO.5 LP 1b KOGNITIF PROSES
(Tugas Kelompok)
No.
Unsur Fisik dan BatinPuisi
Puisi Diponegoro
Skor maksimal
Skor Penilaian
Oleh Siswa
Oleh Guru
1
Tema

10


2
Diksi

10


3
Imaji

10


4
Kata Konkret

10


5
Bahasa Viguratif

10


6
Versifikasi

10


7
Tema

10


8
Perasaan

10


9.
Nada

10


10.
Amanat

10



Skor Maksimal

100



       
Lampiran
Materi Ajar


1.  Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Dalam menulis puisi, kata-kata harus dipilih dengan baik agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat dan padat, namun berkekuatan.
2. Kemampuan Menulis Puisi
Kemampuan menulis puisi pada intinya merupakan kegiatan mengespresikan gagasan atau pemikiran dan perasaan jiwa seseorang yang disampaikan dalam bentuk bahasa yang disajikan dengan indah. Bahasa dalam puisi mempunyai ciri khas, yaitu menggunakan pilihan kata yang indah, memerhatikan kepaduan, dan menjalinnya menjadi suatu bentuk fisik yang menarik. Penggunaan diksi dalam puisi bukan hanya berfungsi sebagai alat penyampaian gagasan, melainkan didasari pada perasaan jiwa penulis yang benar-benar dirasakan secara nyata, kemudian berupaya dihadirkan kepada pembaca, sehingga menciptakan keharuan atau membangkitkan perasaan pembacanya.

3. Unsur-unsur Puisi

Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.
a)    Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
b)    Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima). Djojosuroto (2004:35) menggambarkan sebagai berikut.
Puisi memiliki ciri-ciri, antara lain:
  • Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
  • Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
  • Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.
  • Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.
  • Puisi dibangun oleh struktur fisik (tipografi, diksi, imaji, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana)
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi sebagai berikut.

Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
a)    Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b)    Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
c)    Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d)    Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
e)    Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f)     Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
a)    Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b)     Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c)    Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d)    Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

4.  Kerangka yang ada dalam penulisan puisi terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
  • Kepenyairan, yang meliputi setiap pembicaraan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kepenyairan, seperti hubungan penyair dengan masyarakat, dengan orisinalitas, proses kreatif, dan sebagainya;
  • Menuju puisi, yang meliputi segala hal yang berkenaan dengan penulisan puisi, namun belum lagi memasuki wilayah instrinsik puisi, seperti logika puisi, komunikasi puisi, bahasa puisi, dan sebagainya;
  • Menulis puisi, yang meliputi hal teknis berkenaan dengan unsur intrinsik puisi ,seperti: tema, pencitraan, rancang-bangun,dan sebaginya;
  • Sekitar puisi, yang meliputi hal-hal penting dalam perpuisian namun berada di luar perpuisian, seperti: angkatan dan periodisasi, aliran-aliran, kritik puisi, dan sebaginya.

Kunci jawaban :
1.         - Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Darmono
            - Ballada Orang-orang Tercinta karya WS Rendra
            - Indonesia, Tumpah Darahku karya M. Yamin
            - Buah Rindu karya Amir Hamzah
            - Malu Aku Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail
2.  Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Dalam menulis puisi, kata-kata harus dipilih dengan baik agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat dan padat, namun berkekuatan.

3.   Struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
a)    Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
b)    Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c)    Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).
d)    Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
e)    Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f)     Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
a)    Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b)     Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
c)    Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d)    Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

5.  Analisis Unsur-unsur Fisik dan Batin Dalam Puisi Diponegoro dan Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil Anwar



DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai


Maju
Serbu
Serang
Terjang


(Februari 1943)
Budaya, Th III, No. 8. Agustus 1954

Contoh jawaban
      Menceritakan perasaan penyair yang terkandung dalam puisi Diponegoro dengan bahasa sendiri
Puisi Diponegoro mengisahkan semangat perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa, secara tersirat dengan jelas pembaca jadi ikut berkobar asa dan ikut merasakan semangat para pejuang tersebut. Tiada kata takut dan gentar para pejuang mengorbankan jiwa raga demi satu tujuan yang mereka cita-citakan: Merdekanya tanah pertiwi agar anak-cucu bisa hidup damai dan tentram (yang kita rasa saat ini).
Peranan Chairil Anwar dalam puisi tersebut adalah sebagai perekam sejarah. Perang Diponegoro adalah kejadian nyata dimana pada perang tersebut rakyat Indonesia hanya bermodalkan tekad untuk diakui sebagai manusia yang merdeka (lawannya adalah penjajah yang bersenjata lengkap dan didukung kemampuan militer yang kuat). Puisi-puisi tersebut hanyalah rekonstruksi perasaan dan semangat yang berkobar pada perang-perang tersebut, Chairil Anwar berhasil merekonstruksi perasaan dan semangat itu dalam bentuk kata-kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar